PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BAMBU APUS (GIGANTOCHLOA APUS) TERHADAP KUAT TARIK BELAH BETON PADA BETON SERAT TUGAS AKHIR
Main Article Content
Abstract
Beton merupakan salah satu bahan utama yang telah digunakan untuk
konstruksi. Beton mempunyai kekurangan yang cukup signifikan, yaitu mempunyai
kuat tarik belah yang rendah. Penambahan serat merupakan salah satu alternatif
untuk mengatasi kekurangan tersebut. Serat bambu adalah serat alami yang mudah
didapat dan pertumbuhan bambu relatif cepat. Bambu memiliki kelebihan yaitu
memiliki kuat tarik yang tinggi yang dapat dipersaingkan dengan baja.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Politeknik Negeri Balikpapan yang
bertujuan untuk mengkaji peningkatan kuat tarik belah beton akibat penambahan
serat bambu. Benda uji kuat tarik belah menggunakan silinder dengan diameter 15
cm dan tinggi 30 cm. Variasi bahan tambah yang digunakan adalah 0%, 1%, 1.5%.
Untuk masing-masing variasi berjumlah 3 sampel.
Dari hasil pengujian diperoleh nilai rata-rata dari masing-masing kuat tarik
belah adalah sebagai berikut: Beton pada umur 7 hari dengan variasi 0%, 1%, dan
1.5% sebesar 1.75 Mpa, 2.64 Mpa, dan 2.08 Mpa. Beton pada umur 14 hari dengan
variasi 0%, 1%, dan 1.5% sebesar 3.30 Mpa, 3.02 Mpa, dan 2.59 Mpa. Beton pada
umur 28 hari dengan variasi 0%, 1%, dan 1.5% sebesar 3.87 Mpa, 2.74 Mpa, dan
2.78 Mpa. Peningkatan kuat tarik belah beton terjadi pada beton umur 28 hari
dengan variasi 0%.
Downloads Statistics
Article Details
References
Tjokrodimulyono, K. (1996). Teknologi Beton. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
C29M-91a, A. (n.d.). Uji Berat Isi dan Porositas Agregat Kasar.
SNI 03-2491-2002. Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton.
Drs. Sunarno, M. (2014). Ilmu Bahan Bangunan. Balikpapan.
Prasasti, I. (2009). Kajian Kuat Tarik Belah dan Modulus of Rupture pada Beton dengan Pozzolan Lumpur Lapindo sebagai Bahan Pengganti sebagai Semen. Surakarta.
Rusyanto. (2012). Kajian Kuat Tarik Belah Beton Serat Bambu. Yogyakarta.